[ Blognya Sony Asgar...]

Monday, October 02, 2006

Opera Zaman di Malang Post

Ini ada lagi resensi Kumcer Opera Zaman, silakan di baca...


Kapan lagi membaca Kumcer sambil beramal?

Judul Buku : OPERA ZAMAN (Kumpulan Cerita Petualangan)

Penulis : Sri Wulandari, dkk

Penerbit : Grafindo Litera Media Yogyakarta

Cetakan : Pertama, Oktober 2006

Tebal : 184 halaman

OPERA ZAMAN, merupakan buku kumpulan cerpen terbitan perdana dari Komunitas Merapi, sebuah kumpulan non-formal budayawan, seniman, sastrawan dan penulis ndeso yang kebanyakan bermukim di lereng gunung Merapi wilayah barat. Komunitas ini hadir dengan semangat warga merapi yang mayoritas petani, dalam usaha melestarikan kesenian dan kebudayaan Merapi. Mereka berusaha mengedepankan pelestarian warisan leluhur.

Dari sinilah ide muncul untuk membuatnya menjadi sebuah mailing list yang anggotanya adalah seluruh warga Indonesia tetapi mereka tersebar di seluruh dunia. Boleh dikatakan bahwa mereka umumnya adalah orang-orang terpelajar, setidak-tidaknya orang-orang yang menguasai seluk beluk dunia luas karena mailing list ini memang dibentuk dengan landasan kesusastraan, kesenian dan kebudayaan yang berwawasan lingkungan hidup.

Kumpulan Cerpen ini terdiri dari 20 cerpen dari 20 penulis pemenang lomba menulis cerpen untuk amal yang diselenggarakan oleh mailing list komunitas merapi. Hasil penjualan buku ini akan disumbangkan untuk penyediaan buku-buku bacaan anak-anak sekolah.

Setelah membaca dan mendalami 20 cerpen tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa cerita-cerita tersebut benar-benar nyata sebagai cerita petualangan, pergulatan hidup sehari-hari dalam rangka bertahan hidup dan sekaligus memberikan satu pelajaran kepada pembaca tentang arti makna hidup yang dikemas dalam cerita pendek yang manis, berisi, bermakna lugas dan menyentak. Meskipun ada pula yang berkesan lembut, halus dan bahkan romantis!.

Kisah-kisah yang ada dalam OPERA ZAMAN ini tidak jauh-jauh dari kita, Mereka semua ada dalam diri kita atau pada masyarakat sekitar kita. Seperti cerpen karya Yohanes Prayoga yang berjudul BULAN TERANG, mengisahkan tentang seorang anak manusia yang bernama Darsan yang mengalami kehidupan sangat keras ketika kecil, kemudian dia terus berusaha dan berusaha sehingga pada akhirnya meskipun dengan kekerasan hidup yang telah dijalaninya, dia tetap hidup melarat tapi dia begitu menikmati hidupnya, begitu menerima takdir yang dialaminya dengan senang hati seperti pada kidung syukur yang penuh harap, ‘tak ijo royo royo, tak sengguh temanten anyar’ yang artinya hijau menghijau, seperti penganten baru.

Lain Yohanes Prayoga, lain pula dengan cerpen yang ditulis oleh I Made Andi Arsana. OPERA PADAS, begitu bunyi judulnya, mengisahkan tentang seorang ibu di Bali yang bekerja sebagai penambang batu padas. Tak kenal lelah ibu tersebut bekerja sambil menggendong si kecil Andi yang pada akhirnya sukses di negri Kanguru. (Ini kisah nyata Bung Andi ya?)

Contoh dua cerpen diatas sangatlah kental dengan aroma kesusahan hidup, yang mana itu diyakini oleh para penulis kumcer bahwa hidup ini bukanlah suatu pilihan tapi memang hal yang dijalani. Penuh dengan onak dan duri, penuh dengan petualangan petualangan dan ujian-ujian. Seandaunya lulus ujian berarti akan naik kelas (baca keberhasilan) sedang kalau tidak lulus ujian berarti kesusahan dan kegagalan yang didapat.

Ada keunikan dari kumpulan cerpen ini. Dari keduapuluh cerpen pilihan tersebut asa satu cerpen yang bahasanya lain dari yang lain. Seperti yang diungkap oleh mabak Elissiti -selaku editor kumcer- ketika peluncuran OPERA ZAMAN di alun-alun kidul (alkid) Yogyakarta. Dia menjelaskan bahwa 19 cerpen yang ada adalah cerpen sastra (mbak Ellis menyebutnya bahasa nyastro) sedangkan ada satu cerpen bergaya bahasa cerpen populer dengan judul IMPIAN WINDA. Gaya bahasanya yang ringan, lucu dan gaul pula sehingga membuat pembaca akan enjoy menikmatinya.

Bila cerpen pengalaman dan petualangan hidup ini sudah kita cerna dengan baik, Insya Allah dapat diambil satu nilai nilai edukasi yang dapat memberikan pelajaran kepada pembaca, pelajaran tentang pencapaian tujuan hidup dengan jalan yang benar sehingga akan memperoleh sukses dan kabahagiaan sekaligus. Dan satu lagi yang terpenting dari kumcer ini adalah seluruh hasil penjualan buku akan disumbangkan untuk penyediaan buku-buku bacaan anak sekolah korban gempa Yogyakarta.

OPERA ZAMAN dapat menjadi teman hidup dikala kita merasa menjadi orang paling capek, sedih maupun bahagia diseluruh dunia dalam manapaki hidup ini. Opera Zaman akan membuka mata hati dan juga bisa menjadi teman perjalanan hidup. Maka perlu saya himbau segera beli dan ambil hikmahnya. Kapan lagi membaca Kumcer sambil beramal? Inilah saatnya!. Untuk 20 penulis kumcer, “Selamat Berpetualang Kawan!”