[ Blognya Sony Asgar...]

Tuesday, March 01, 2005

Obrolan Dua Orang Berstatus Jomblo : Sebuah Triler

Ketika dua orang sahabat berstastus jomblo berada di sebuah tempat yang agak asing tanpa ada orang lain yang dikenal dan tanpa kegiatan yang melibatkan fisik, maka forum curhat tak akan pernah bisa dihindari. Itulah yang terjadi pada Otong dan Beno. Kedua sahabat ini saling melempar isi hati, mengungkapkan kegundahan yang selama ini dipendam karena tak kuasa untuk diungkapkan.

“Tong, belakangan ini gue nggak ngerti dengan diri gue.” Beno membuka forum tersebut dengan sebuah peryataan yang sangat menggelitik rasa ingin tahu Otong.
“Emang kenapa Ben?”
“Coba kau perhatikan, kurang apa sih gue? Tampang sudah mirip Tom Cruise gini tapi kok sudah setahun ini gue terjerembab dalam lembah hina kejombloan, bener-bener gue gak habis pikir.”
“Ben, kalau menurut gue sih kekurangan elo itu cuma satu doang…”
“Oh ya, apa itu?”
“Elu nggak punya kelebihan…”
PLETAK!!
Jidat Otong dijitak Beno.
“Ati-ati kalo ngomong,” ujar Beno sambil melotot. “Kelebihan gue kan banyak, tampang keren, duit banyak, apalagi coba?”

“Huh…”
Otong menarik nafas panjang. Ia tak sanggup untuk berkata-kata. Takut menyinggung perasaan Beno yang sudah terlanjur kecebur ramuan geer dan sok cakep bikinan Paranomix semenjak usia 2 bulan dalam kandungan. Akhirnya atas nama pertemanan Otong memberi nasehat yang kali ini cukup menyenangkan Beno.
“Yah, ambil hikmahnya aja Ben…, kalau kita lihat lebih jernih sebenarnya kita ini lebih beruntung. Coba elu bandingkan dengan si Binsar, dia sudah mentok dengan paribannya si Butet di Tarutung sana. Sementara kita meskipun sekarang menjadi jomblo hina tetapi setidaknya kita masih bisa menjaga harapan dan tetap mempunyai kemungkinan untuk dapetin Dian Sastro atau Siti Nurhaliza.”
Beno manggut-manggut.
“Tong, itu yang gue suka dari elu. Elu selalu bisa memandang hidup ini dari sisi positif. Terima kasih sobat, gue jadi punya semangat lagi untuk terus hidup. Ada keyakinan dalam dada gue kalau gue bakal jadi sama Titi Kamal.”
“……!!!???”
Otong benar-benar tak bisa berkata-kata. Spechless.

“Tapi Ben, sebenaranya elu tuh lebih beruntung dari gue. Bagaimanapun elu pernah merasakan pacaran, sementara gue? Sampai detik ini tak sekalipun ada cewek yang mau membukakan hatinya buat gue.”
“Hmmm…”
Beno menarik nafas panjang, ada keharuan yang menyeruak dari dalam dadanya atas nasib malang yang di derita sahabatnya. Bayangkan, 24 tahun belum pernah pacaran! Dan kalau sampai ulang tahun ke-25 belum dapat cewek juga, dapat dipastikan predikat J O P E R alias JOMBLO PERAK akan disandang Otong. Sebuah predikat yang aib-nya dapat dirasakan sampai turunan ke-tujuh. Padahal aib yang diderita atas predikat STMJ (Semester Tujuh Masih Jomblo)-pun belum sepenuhnya terehabilitasi.
Selain itu, dengan predikat Jomblo Perak di tangan, Otongpun akan mempunyai kesempatan untuk menjadi kandidat ketua IJI, Ikatan Jomblo Indonesia, serta masuk nominasi dewan juri sebagai nominator penerima anugerah Jomblo of The Year. Itulah nasib dari seorang Otong, pakar cinta yang tak pernah bisa menggapai cinta. Sungguh sebuah ironi kehidupan yang demikian nyata.

“Elu kurang usaha kali Tong,” ujar beno mencoba membesarkan hati Otong.
“Yah Ben, kalau usaha mah jangan ditanya. Semenjak berseragam putih biru gue udah praktek nyatain, buku-buku tentang pdkt dan percintaan anak muda sudah habis gue baca, film-film romantis sudah habis gue tonton, tak ketinggalan tiap malam gue berdo’a.”
“Do’anya yang salah kali Tong.”
“Gue rasa nggak, do’a gue udah maut banget.”
“Emang gimana do’a-nya?”
“Gini nih, ‘Ya Tuhan mohon Engkau bukakan hati seorang wanita untuk mencintai hamba, datangkanlah dia kepada hamba ya Tuhan...”
“Dan sampai sekarang belum terkabul…”
“Yeaah…begitulah.”
“Nah itu, ini berarti Tuhan nggak suka dengan do’a elu yang seperti itu. Saran gue elu ganti aja do’anya, kalau wanita yang mencintai elu nggak pernah datang, sekarang elu minta aja supaya elu nggak mencintai wanita…kan jadi nggak ada beban buat elu.”
“SYARAF!” ujar Otong kesal.